marquee

Selamat Datang di Blog Zainal Masri-Bumbu-Bumbu Kehidupan> Menelusuri makna Perjuangan-hidup itu ternyata bukan hanya kesulitan tapi ada juga kemudahan.!!

Kamis, 19 Juni 2014

Hargai sesuatu, walau sekecil apapun


Duit yang banyak, harta yang melimpah...
Tidak menjamin akan membahagiakan hidup seseorang,, tapi hargailah sesuatu dari seseorang itu, sekecil apapun sesuatu itu, tepatilah komitmen yang telah dijanjikan,,....

Orang yang Sekarang  masih ada bersama kita,  yang masih setia dengan kita, dia yang sehari-hari membantu kita  Karena Allah, demi untuk kita bersama,...hargailah dia, jangan sia-siakan kebahagiaan kita dengannya....

Mungkin suatu saat kita akan merasa kehilangan sekali dengannya, apabila dia telah pergi meninggalkan kita, boleh jadi..saat-saat lebaran akan meninggalkan kita kembali ke kampung halamannya, atau dia kembali ke tanah kelahirnannya meninggalkan kita....

By : Zainal Masri

Minggu, 01 Juni 2014

Indonesia Bangkit Lawan Korupsi-Lomba Pidato kebangsaan


 Zainal Masri (Peserta)

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin para pendengar sebangsa setahanah air yang saya cinta,
Hari ini, saya berdiri disini, di bawah langit Indonesia raya, langit yang senantiasa melindungi kita dari segala bahaya yang datang mengancam kehidupan kita. Kita semua, hari ini, berdiri diatas tanah yang telah menumbuhkan benih kehidupan untuk seluruh manusia yang bermukim diatasnya. Kita dikelilingi lautan yang luas, yang telah sejak dulu menjadi muara segala kegelisahan bangsa ini. Lalu apa yang salah dari bangsa ini saudara-saudara sekalian?

Di subuh hari, belum lagi orang kota terbangun dari tidur, pak tani di kampung telah turun membajak sawahnya. Di sore hari, ketika orang-orang kota bergegas untuk pulang, para pekebun kita masih terus mencangkul tanah mereka. Lampu jalanan kota-kota besar sudah menyala, ketika para buruh kita, masih bekerja ditengah raungan mesin-mesin pabrik. Tentu kita bukan bangsa pemalas, sekali lagi tentu kita bukan bangsa pemalas!

Ketika Tsunami datang menerjang Aceh, semua orang lupa pada konflik, semua orang lupa akan politik, semua orang lupa pada identitas-identitas sukunya. Semua orang dari penjuru negeri, datang mengulurkan bantuan semampu mereka. Ketika banjir merendam Jakarta, semua orang bahu-membahu menolong sesamanya yang terkena musibah. Tentu kita bukan bangsa yang senang memikir- kan diri sendiri saudara-saudara sekalian!

Hadirin para pendengar sebangsa setahanah air yang saya cinta,

Kita tentu patut bersedih hati. Betapa tidak, ketika reformasi datang, kita punya harapan yang besar. Harapan tentang datangnya kesejahteraan, mimpi tentang datangnya keadilan dan cita-cita tentang terwujudnya kedaulatan hidup.
Namun telah hampir lima belas tahun lamanya yang kita temukan adalah ritual-ritual demokrasi lima tahunan yang harganya sangat mahal. Kedaulatan bangsa yang diinjak- injak dengan jalan mencuri ikan, kayu dan sumber daya alam kita. Yang kita lihat adalah ketidakberdayaan ekonomi akibat lilitan hutang luar negeri dan resep-resep asing yang dipaksakan untuk kita gunakan. Yang kita rasakan adalah makin mengganasnya benalu korupsi yang secara langsung menggerogoti APBN yang seharusnya untuk kepentingan publik.

Hadirin para pendengar sebangsa setahanah air yang saya cinta,

Tidak berhenti sampai disitu, para elit politik dan birokrasi seakan menutup mata atas fakta tersebut. Mereka sibuk merayu rakyat dalam setiap perhelatan Pemilu, namun lalu lupa setelah menduduki kekuasaan. Baru beberapa tahun berkuasa, mereka lalu sibuk untuk mempersiapkan diri untuk pemilu berikutnya, demi menjaga kekuasaan tetap dalam genggaman. Bahkan ketika hokum membatasi kekuasaan mereka, tanpa malu-malu mereka menyiapkan, isteri, anak, cucu bahkan sanak keluarga mereka untuk melanggengkan jabatan dan kendali kekuasaannya.
Kita yang dulu disebut sebagai “macan asia,” kini tersudut- sudut dalam pergaulan internasional. Bangsa-bangsa yang dulu belajar dari kita, kini telah jauh diatas kita. Bahkan kini kita disejajarkan dengan Vietnam dan Thailand. Pasti ada yang salah saudara-saudara sekalian.

Korupsi, sekali lagi, korupsi! inilah penyebab utama kemerosotan bangsa kita. Korupsi di negeri kita, tidak lagi mengingat nilai-nilai luhur bangsa kita. Korupsi bahkan telah mulai menggerogoti tiang-tiang luhur budi pekerti bangsa ini. Berita tentang korupsi Al Quran sungguh membuat hati teriris-iris. Dimana hati, akal, pikiran, nurani dan mentalitas para koruptor-koruptor itu diletakkan.
Kita  dalam  keadaan  darurat  saudara-saudara  sekalian. Jika dibiarkan maka pertumbuhan ekonomi yang sekarang memungkinkan kita mengambil kendali dunia, hanya akan memperkaya segelintir orang di republik ini. Kita harus mendengarkan kata Soekarno, kita sedang melawan bangsa kita sendiri, saudara kita sendiri.

Hadirin para pendengar sebangsa setahanah air yang saya cinta,

Kitalah benteng terakhir pertahanan bangsa ini dari benalu korupsi. Setiap dari kita yang hadir hari ini, harus mendengarkan seruan ini! “rapatkan barisan hai kau anak negeri, bangsamu sedang diuji, karena sebagian dari mereka telah ingkar dari amanat penderitaan rakyat. Jaga matamu, tajamkan pendengaran dan penciumanmu, rawat hatimu dan keraskan tekad bajamu. Laporkan sekecil apapun perampokan dan pencurian yang terjadi di sekitar kita. Ajak saudara sebangsa yang masih bersetia pada rakyat. Potong benalu-benalu korupsi disekitar kita awasi setiap gerak gerik mereka, lalu penjarakan mereka karena dosa-dosanya pada bangsa ini.”

Semoga Tuhan mendengarkan kita semua, yang berdiri hari ini, atas darah dan tulang yang sama, demi Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan berdaulat. Tuhan bersama kita, yang bangkit melawan koruspi. (Jeffrie Geovanie)
 

Surat Lamaran pekerjaan 2014


Sabtu, 17 Mei 2014

CINTA KAMPUNG HALAMAN


Zainal Masri, S.Pd.I


Kenangan kepada tempat kelahiran selalu saja menghiasi jiwa setiap Insan???


 Nabi Muhammad SAW saat meninggalkan kampung halamannya yang penuh berkah yang di dalamnya beliau hidup dari kecil hingga dewasa dan tempat pusat memancarnya cahaya dan turunnya wahyu di Gua Hira dan gunung-gunung di kota Mekkah dan bukit-bukitnya!… Ketika beliau terpaksa harus berhijrah beliau menoleh ke kota Mekkah dan berkata kepada tanah leluhurnya, Tanah tumpah darahnya:



والله، إنك لأحَبُّ أرض الله إلى الله، وأَحَبُّ أرض الله إليَّ. ولولا أن أهلك أخرجوني منك ما خرجت

 ”Demi Allah, sesungguhnya engkau (Mekkah) adalah bumi yang paling aku cintai karena Allah, dan bumi yang sangat dicintai Allah untukku. sekiranya penghunimu tidak mengusirku darimu maka aku tidak akan meninggalkanmu”.

Meskipun Nabi SAW mendapatkan penerimaan yang hangat dari warga kota Madinah yang telah dianugerahkan cahaya hidayah dan menyinari orang yang membawa hidayah tersebut, namun kerinduan kepada Mekkah tidak pernah pupus dalam diri Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Kerinduan pada tanah kelahiran dan kampung halaman, bahkan hingga pada sumur-sumur yang berair jernih dan gunung-gunung yang kokoh.. bahkan hingga pada bebatuan yang bertasbih memuji penciptanya…kerinduan dan kecintaan yang mendorong Rasulullah saw mengangkat tangannya berdoa kepada Allah:



اللهم حبِّب إلينا المدينة كحبِّنا مكة أو أشد.. اللهم وصحِّحها لنا وبارك لنا في مُدّها وصاعها

“Ya Allah berilah kepada kami kecintaan kepada kota Madinah sebagaimana kami sangat mencintai kota Mekkah.. Ya Allah berikanlah kebenaran kepada kami dan berkahilah kami dalam memanjatkan doa dan harap kepadanya”

Wallahu'alam...



Jumat, 16 Mei 2014

Samaso bakabun Nilam

Satu kata yang tidak pernah terlupakan bagiku awal bulan juli Tahun 2009:
 Mak???  "Aden nak kuliah rencana den mak...! "
Sudah ada tekat di dalam hati, aku ingin mencoba kuliah, dan aku tidak akan menyusahkan amak, dan jangan mak cemas,,, awak cubo dlu...

Hanya Do,a amak yang awak harapkan...
inilah cuplikan sebagian kecil liku-liku yg ditempuh.., walau berpanas-panas bekerja, tetapi tetap dinikmati..hanya terbayang "aku ingin sukses dan amak bahagia.."


Dokumentasi Samaso bakabun Nilam

Demi cita-cita dan sebuah harapan, walaupun terkadang lelah, lapar dan susah payah tapi  terus dilalui dengan optimis, ....

Bersawah, berladang dan mencangkul, Bakabun Nilam, bagiku sudah biasa dididik sejak kecil, bahkan sampai kuliah...

suka dukanya itu yaa, luar biasa...
susah untuk dilupakan.......

Walau sederhana, bukanlah sebuah faktor penghalang demi Tumbuhnya Cita-cita dan impian yang mulia,....

Rabu, 02 April 2014

Jejak-jejak Cerita

SD (Rkys)



 
SMA
STAIN Batusangkar 
Kuliah…
Dilepas kedua orang tua, meninggalkan adik tercinta, kampung halaman…
Memutuskan memilih STAIN Batusangkar sebagai gerbang segala mimpi…

Teman-teman Lokal PAI. A
Makan bersama teman-teman yang hebat dan luar biasa lucu…
Belajar dan tertawa bersama…


Kehidupan berjalan…
Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi jalan nyata pengabdian masyarakat…Memahami makna hidup bermasyarakat,...Semampu diri kami bekerja sama, menjalin kekompakkan dalam mengimplementasikan  ilmu yg telah di dapatkan…






Menyadari dan  memahami bahwa kita tak mungkin bisa terus-menerus bersama… karena kita punya cita2 dan tujuan, Hanya do’a dalam rindu yang bisa mengobatinya…
Dan setelah segala mata kuliah, segala kegiatan, segala suka duka, segala kesedihan, deg-degan, dan  ‘perjuangan’ di akhir semester, serta penyelesaian skripsi,, akhirnya wisuda juga..Senangnya..


Tetapi....
Nyatanya, hidup memilih terus berjalan,
Begitu juga mimpi dan perjuangan ini…
Masih banyak do’a kepada Nya…
Masih bercecer impian yang belum tergapai…
Masih menanti masa perjuangan yang entah tak punya tepi…



Akhir dari Sebuah Perjuangan


 Syafrizal (kanan), Bunda Enci, Sri, Dona, Amelia Elvira, Zainal

Setelah sekian lama menggoreskan tinta melukis harapan demi mendapat ilmu, wawasan, pengalaman dan gelar sarjana, akhirnya sekarang selesai juga.

mmmm, sebenarnya waktu hari selasa tanggal  4 Februari 2014 itu, aku mau cerita tentang perjuangan aku dalam sidang munaqasyah. tapi idenya g’ sekali tumbuh. banyak sekali cerita yang tertinggal. Sehingga aku bingung mau mulainya darimana.  Kalau di lihat lagi lembaran2 coretan harian ini ke belakang, perjuangan aku dalam menyelesaikan skripsi merupakan perjuangan yang luar biasa..
dari mulai pertama kali Konsultasi judul, memasukkan judul ke prodi, menunggu dosen, bimbingan, minta tanda tangan untuk acc, seminar, penelitian, hingga sidang yg lumayan ‘hot’ karena aku berdebat dengan dosen penguji pada saat itu demi membela diri dan mempertahankan hasil perjuangan skripsi..huft...
dan sekarang aku akhirnya selesai juga menamatkan kuliah S1 nya. senangnyaa.. :)

Alhamdulillah....
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantuku dari awal hingga akhir terutama Mandeh, kakak, adek2, dan juga teman-teman seperjuanganku, ada Dona Eliza, Darma putra, kak enci, andi usman, ira, dan juga yg lain yg tak dapat di sebutkan namanya satu persatu